The Chorister 2012

>> Sabtu, 19 Mei 2012



Ini proyek senang-senang, bukan iseng. Atas asas bernyanyi adalah bersenang-senang, lahirlah The Chorister. Para biduan berbakat yang terlibat dalam proses kelahiran kelompok ini, tahu cara menjadikan paduan suara sebagai tempat untuk mencari kesenangan dan merayakan hidup. Menyanyi bukanlah profesi, melainkan suatu gaya hidup. Para profesional muda Surabaya, dari beragam latar belakang profesi, satu kesamaan mereka: ambisi musikal yang tinggi.

Poster Iklan Konser The Chorister 2012
Tahun 2012 merupakan tahun konser pertama sekaligus tahun kelahiran The Chorister. Walaupun masih berupa benih, cita-citanya patut untuk diapresiasi: memberikan edukasi musik paduan suara pada masyarakat, terutama pada mereka yang sedikit pemahamannya akan musik paduan suara. Sementara bagi masyarakat pecinta musik paduan suara, bisa jadi kehadiran The Chorister akan memperkaya khazanah musik vokal ensambel di Surabaya. 

Dengan tema menampilkan karya-karya sederhana dari era Palestrina sampai era Lady Gaga, konser yang berlangsung tanggal 12 Mei kemarin, saya nilai cukup sukses. Masyarakat 'awam' yang menjadi target pasar dibenturkan dengan dua nama komposer beda zaman sekaligus. Palestrina mungkin terdengar cukup asing. Yang satu lagi sudah tentu telah jadi hingar bingar di telinga. Keduanya sama-sama berbakat. Musiknya memiliki pengaruh luas bagi dunia. 

Konser malam itu dibuka dengan karya indah Dum Aurora Finem Daret dari Palestrina dan ditutup dengan sebuah karya energik penuh warna Paparazzi dari Lady Gaga yang membersitkan angan-angan dan lamunan impresionistik.

Sebagai konduktor di tahun pertama ini, besar harapan saya agar di masa depan The Chorister tetap bertahan dan membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berkarya musik dalam wadah The Chorister. Tidak menutup kemungkinan bagi para konduktor dan komposer muda lainnya  untuk ikut terlibat dalam mengasah bakat bermusiknya melalui program konser periodik yang akan digelar di tahun-tahun mendatang.
"Ukuran sukses adalah seberapa lebar senyum pascakonser, lambang kepuasaan kami."
Saya sepakat bahwa kesuksesan konser tidak diukur dari seberapa banyak jumlah kursi yang terjual atau semeriah apa riuh tepuktangan dan jerit-jerit pengunjung. Karena kalau boleh saya katakan, untuk di Indonesia, hal-hal semacam ini masih seringkali manipulatif. Walaupun pada faktanya, empat hari menjelang konser, tiket mereka telah terjual habis. :)

Ukuran kepuasan adalah subyektif.  Selama segalanya dilakukan dengan senang dan sepenuh hati, saya rasa akan menimbulkan rasa puas pada akhirnya. Setidaknya bagi pelaku pertunjukan itu sendiri. Di sisi lain, pertunjukan seyogianya dan sebisa mungkin berusaha untuk memenuhi ekspektasi penonton. Bagaimanapun juga, kepuasan pasar adalah nilai tambah yang tidak boleh diabaikan. Jika memakai pendekatan ini, konduktor ada baiknya tidak 'egois' dalam penyusunan repertoar konser. Ini bukan perkara selera musik. Perbincangan tentang hal yang satu ini memang tidak akan pernah beres.

Karena kesibukan profesi masing-masing selama hampir lima bulan, proses latihan berlangsung seminggu sekali tiap akhir pekan dan tak memakan waktu lebih dari dua jam, serta hampir tidak pernah utuh satu tim. Masalah klasik paduan suara amatiran. Namun demikian, kualitas bunyi mereka boleh saya bilang tidak jauh dari kesan paduan suara profesional.

Atas keterselenggaraan konser ini, selaku konduktor mewakili teman-teman The Chorister 2012, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada: Paduan Suara Mahasiswa ITS, atas gedung pertunjukan dan segala fasilitas yang nyaman; Koko Hermon Sumilat, atas segala hal yang telah diberikan, dari hal paling kecil sampai yang paling besar; Mas Budi Susanto Yohanes yang memberi ijin atas karya-karyanya untuk kami bawakan; Bapak Prof. Indropo Agusni, atas makan malam yang selalu disediakan saat latihan; Ibu DR. R. A. Retno Hastijanti, atas dasi kupu-kupu yang keren dan makan siang saat sesi pemotretan poster; Istianah Suhartati, atas bantuan menyunting foto, serta Herry Purnomo atas fotografi yang oke. Semesta yang membalas segala kebaikan.
"THE CHORISTER adalah paduan suara yang dilandasi cinta yang besar dalam bermusik dan berkarya, ditandai tidak hanya oleh ambisi musikal yang tinggi, tetapi juga dengan interaksi sosial yang dekat dan hangat. Selalu ada hati di akhir pekan untuk latihan bersama."
Sebelum tampil babak 1. Tiga biduanita hilang. 
Saya masih menantikan kajian dan kritik musikal yang lebih komprehensif atas konser ini demi perbaikan di masa depan.

Read more...